"Benar, lentera itu harus tetap ada" kata ujang seraya berdiri sambil mengepalkan tangan.
"Tetapi minyak tanah sudah langka, jang" sergah Pak Suryo.
"Tapi lentera itu harus tetap ada pak, apapun resikonya" timpal ujang tak kalah keras.
Lentera itu, yang mereka bicarakan adalah lentera penerang jalan.Salah satu warisan leluhur mereka yang sampai saat ini masih mereka pertahankan. Ada lima belas jumlahnya, saat itu, saat lentera itu mulai dipasang entah kapan masanya, penduduk desa jumlahnya baru lima belas rumah.Mereka tidak mau menambahnya ataupun menguranginya, takut kualat.
Lentera itu, yang mereka bicarakan sebenarnya bukanlah barang keramat yang tidak dihilangkan, tetapi mereka punya keyakinan bahwa siapa yang berani merubah tradisi ini takut terkena kutukan. Kepercayaan itu terus diturunkan hingga suatu saat ada seseorang yang bernama Andi datang ke desa itu.
Benar, Namanya andi, lengkapnya Andi Ahmad Firdaus, seorang mahasiswa jurusan teknik elektro yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Andi datang ke desa Sawah Waru, di kaki bukit Watulimo, untuk mengobati rasa penasarannya akan adanya air terjun Bukit Watulimo.
bersambung ...
No comments:
Post a Comment